Jangan Biarkan Dia
Pisahkan Kita Semua
Pagi itu amat
cerah. Matahari yang baru muncul di balik bukit itu tersenyum ramah kepada pada
penghuni bumi. Suasana di SMA Kartika tlah ramai oleh murid-murid yang tlah
siap bersekolah.
“Pagi
teman-teman!”,
Sapaan yang
sangat biasa dilakukan oleh seorang murid perempuan setelah dia masuk ke
kelasnya itu, membuat orang-orang di sekitarnya menoleh terhadapnya. Dia begitu
ramah terhadap sesama makhluknya tanpa terkecuali. Bahkan ketika dia masuk ke
rumah Veni yang punya banyak sekali kucing, dia tak pernah lupa untuk menyapa
hewan-hewan tersebut dengan kalimat,”Hey manis, apa kabar?” . Anak itu ramah
sekali bukan? Dia memang anak yang lincah, mudah bergaul, dan banyak teman.
Dialah anak yang akrab dipanggil Dee. Nama lengkapnya
adalah Deeyra Chachandewi.
“Hey, pada
ngapain nih?Pagi-pagi kok udah ngrumpi?”, tanya Dee
pada sahabat-sahabatnya setelah dia meletakkan tas bermotif aneh nya di meja
nomor 2 dari depan. Mereka adalah Izal, Astry, Liana, dan Rendy. Anak-anak itu
telah bersahabat sejak duduk di kelas 2 SMP. Jadi tak heran jika mereka sangat
dekat dan selalu bersama.
“Eh kamu tau
nggak, aku dapat kabar kalau hari ini bakalan ada anak baru di kelas kita.”, jawab
Liana kemudian.
“What?? Dari
mana kamu dapat kabar itu dari mana? Siapa dia? Orangnya gimana? Pindahan dari
mana? Cewek pa cowok? Trus cakep ga?”, sahut Dee
dengan cepat.
“Duuuh, kamu
tu kalau Tanya nggak usah nyrocos gitu, satu-satu knapa? Aku belum tau semua
itu, yang jelas dia cowok, katanya sich cakep.”, jawab Liana.
Dee membuka mulut untuk menanyakan perihal anak itu lagi.
Tapi suara yang akan di keluarkan terhalang oleh sapaan Ibu Nensi yang telah
memasuku kelas.
“Pagi
anak-anak!”
“Pagi Bu!”,
sahut murid-murid serempak.
“Anak-anak,
kita kedatangan tamu dari Bogor,
dan mulai hari ini dia akan menjadi teman baru di kelas kalian.”, kata Bu
Nensi. “Silahkan masuk Ren, perkenalkan diri kamu pada teman-teman barumu!”,
perintahnya.
“Wah, benar
juga ya, dia cakep banget. Duh aku udah rapi belum yah?”, kata Dee dalam hati.
“Hey
temen-temen, namaku Renonaldo Deny Saputra. Panggil saja Reno. Aku pindahan dari Bogor,
tapi aku sekarang menetap di kota
ini. Alamatku sekaran di Jl. Melati no.14.”, jelas anak tersebut.
Setelah itu,
Bu Nensi mempersilahkannya untuk duduk di sebelah Izal, tepat di belakang Dee dan Liana. Hanya di tempat itu yang ada kursi yang
tidak berpenghuni.
Reno mengikuti pelajaran di hari pertamanya bersama Dee dan sahabat-sahabatnya. Dia senang bisa diterima di
kelompok itu. Apalagi Dee, dia gembira sekali bisa secepat itu dekat dengan Reno.
Beberapa hari
kemudian, mereka semua semakin akrab. Reno
dengan mudah menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya. Sehingga dia merasa
nyaman dengan kondisi itu. Dee lebih nyaman dengan kahadiran Reno , dia makin suka dengannya. Reno baik, senang
menolong,cerdas,tampan,gagah,dan tidak angkuh. Matanya sipit, tapi selalu
terlihat cerah, membuat Dee tidak ingin
memalingkan pandangannya setiap kali menatapnya. Reno selalu terlihat anggun, tapi tetap
maskulin. Wajar saja Dee menyukainya. Dia
begitu mengagumi Reno.
Bayangan Reno selalu menemaninya kemanapun di berada. Dia tak mampu
mengusirnya. Sayang,cinta, mungkin itu perasaan yang dia rasakan terhadap Reno yang kini semakin
dekat dengannya. Sebenarnya tak ada yang perlu ditutup-tutupi.
Dee mengambil bukunya. Tak peduli itu buku apa. Dia ingin
segera mengungkapkan perasaannya walau hanya tertuang dalam sebuah tulisan.Setelah
selesai dia membaca tulisan itu.
“Kamu adalah
seseorang yang sedang menghiasi hati ini. Kamu baru saja datang, dan dengan
secepat itu bisa buatku lemah terhadapmu. Aku mengagumimu. Aku menyukaimu. Apa
mungkin ya aku bisa menjadi kekasihmu? Akh, tapi………….AKU INGIN KAMU.”
Setelah puas,
dia menutup buku itu dan memasukkannya ke dalam tas. Tiba-tiba ponsel deeyra
berbunyi.
“Hey Dee, jadi berangkat nggak? Aku udah mau jemput kamu nih.
Kita ngerjain tugas di rumah Reno
1 jam yang akan dating. Kamu nggak lupa kan?”,
suara dari sebrang telpon itu datang dari Liana.
“Iya-iya,
nggak usah bawel sayang, aku udah siap nih.”, jawab Dee.
Satu jam
kemudian mereka tiba di rumah Reno.
Mereka akan mengerjakan tugas kelompok bersama dengan Izal,Rendy,dan Astri.
Sebenarnya Astri juga sudah lama memendam rasa terhadap Rendy. Namun Rendy
sudah lebih dulu menaruh hati terhadap Dee.
Dan Dee,…….. Reno.
Wah ruwet memang, tapi begitulah adanya. Semua anggota sahabat itu telah
mengerti akan perasaan temannya itu masing-masing terkecuali Dee.
Dia tidak tau bahwa Rendy juga menyukainya. Jadi semua itu hanya terpendam.
Tidak tau apakah suatu saat akan terungkap dan terpecahkan.
Setelah
beberapa lama, tugas itu selesai juga. Izal, Rendy, Astry, & Liana segera
pamit pulang karena mempunyai urusan sendiri-sendiri. Dee yang tadi nya
dijemput Liana tinggal sebentar dengan Reno,
karena Liana tak bisa menangantarnya pulang. Jadi Reno yang akan bersenang hati
mengantarkan Dee. Ketika Dee sedang di
belakang, Reno membereskan buku-buku Dee yang berserakan di atas meja. Tak sengaja, dia
menjatuhkan salah satu buku itu. Bagian tengah terbuka, dan disitu terdapat
beberapa baris tulisan Dee yang dibuat
besar-besar. Sehingga Reno dapat membacanya dari jarak yang tidak dekat.”
Kira-kira, yang dia maksudkan itu siapa ya?”, kata Reno dalam hati. Tak lama kemudian, Dee
datang, karena penasaran, Reno cepat-cepat
menarik tangan Dee untuk segera duduk.
“Aduh
pelan-pelan dong Ren, kenapa sih?”, teriak Dee.
“Ssssttt,aku
nggak tuli Dee, nggak perlu teriak-teriak gitu
lah. Sorry Dee, aku tu cuman pengen tau
sesuatu. Boleh nggak?”,kata Reno.
“Sesuatu apa?
Yaudah tanya aja.”,sahut Dee kesal.
“Emmmmaksud
tulisan kamu ini untuk siapa?”, Tanya Reno pelan
Jantung Dee
langsung melonjak dengan cepat.
“Itu kan yang tadi aku tulis
buat dia. Kok dia bisa nemuin sih. Duuh…….jawab apa aku?”, katanya dalam hati.
Sesaat dia bingung untuk menjawab pertanyaan mengagetkan dari Reno tadi. Akhirnya dia memutuskan untuk berterus
terang.
“Iya Ren,
emmmm… .orang yang aku maksud itu kamu Ren,,,,,,”jawabnya.
Hening
sejenak. Tidak lama kemudian Reno
yang tadinya bingung kini tlah mengerti apa yang dimaksudkan wanita di hadapannya
itu. Dengan ragu-ragu Reno
membalas perkataan yang baru saja didengarnya. Dia tidak menyangka akan hal
itu.
“Kkamu
Dee?....Serius?”,
“ Serius Ren,
dan………maaf karena aku tetap mengharapkanmu.”,balas Dee
dengan gugup.
Mereka berdua
saling menatap. Mengharap bisa membaca pikiran orang yang ditatapnya. Namun
tidak lama. Suara kucing mengeong mengagetkan mereka. Dee
berusaha mencairkan suasana tegang itu dengan mengalihkan perhatian ke kucing
tersebut dan menggendongnya. Setelah mengelus-elus kucing itu, Dee segera pamit pulang. Dia diantarkan Reno sampai ke gerbang rumahnya.
Sesampainya di
rumah, Dee masih memikirkan kejadian di rumah Reno tadi. Dia merasa puas telah
mengungkapkannya, tapi dia juga malu.
“Hemb, biarin
aja lah. Semua itu terlanjur terjadi.”,pikirnya.
Sejurus
kemudian, tangannya menyambar sebuah benda berwarna hitam yang selalu
dibawanya. Dia mencari tulisan Astry di dalam benda itu. Tidak lama kemudian
suara Astry muncul dsri sebrang telfon.
“Ada apa sih Deey, pasti
mau curhat. Tentang apa nih?”, Astry yang tau kebiasaan Dee
itu langsung saja bicara tanpa mengucapkan salam. Astry yakin kalu Dee menelpon
di larut malam, itu pasti karena Dee tidak
bisa tidur dan ingin bercerita tentang apa saja yang dirasakannya. Lalu, tanpa
basa-basi Deey langsung saja berbagi cerita tentang apa saja yang ingin
dikatakannya.
Setelah
dirasanya cukup, dia menutup telponnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas
ranjang. Dia ingin segera memejamkan matanya. Dia tidak ingin memikirkan
apa-apa sebelum terlelap di malam itu. Dia hanya ingin tidur.
Sabtu pagi,
Dee dan sahabat-sahabatnya, yang sudah termasuk Reno menerima undangan untuk sebuah pesta
ulang tahun temannya. Acaranya akan diadakan malam itu juga. Sekelompok teman
itu ingin menghadirinya bersama-sama. Mereka membicarakan apa yang akan mereka
bawa di pesta itu, juga pakaian yang cocok untuk dikenakannya.
“Eh gimana
kalau kita nanti berpasangan aja. Kayaknya lebih oke tuh.”, sela Astry di
sela-sela kerumunan teman-temannya.
“Berpasanan
gimana maksud kamu?”,Tanya Izal.
“Jadi gini,
kamu Izal, kamu nanti bersama Liana, Dee sama Reno, dan aku sama Rendy. Gimana? Setu
nggak?”, usul Astry.
“Iyaiya, aku
setuju. Bagus juga tuh idenya. Daripada kita bareng-bareng semua, kan udah biasa, trus kayak keroyokan.Mendingan berpasangan
aja, jadinya dandanan kita masing-masing bisa terlihat jelas getooohh,hehehe…”,
sahut Dee.
Dia akan
sangat senang jika di pesta itu dia akan hadir bersama Reno. Tapi ekspresi Reno terlihat biasa. Tidak melukiskan wajah
yang setuju atau tidak. Dia hanya mengikuti apa yang akan terjadi.
“Yang lain
gimana nih? Mau kan?”,
tanya Astry
“ Terserah
kamu lah.”, jawab Rendy tanpa memperlihatkan semangatnya.
Sementara itu
Izal dan Liana mengangguk setuju.
Perbincangan
mereka pagi itu harus terputus karena Pak Tono segera datang mengisi kelas
dengan pelajaran Matematika. Membuat murid-murid yang masih mengantuk menjadi
terperanjat bangun.
Pelajaran
berat itu juga membuat murid-murid bergegas ke kantin setelah Pak Tono keluar
kelas karena bel istirahat berbunyi. Izal keluar kelas dengan rambut serawutan.
Mungkin itu karena dia tadi benar-benar memperhatikan pelajarannya sehingga
harus berpikir keras. Jadi dia akan mengacak-acak rambutnya sendiri jika belum
juga paham akan materi yang diberikan oleh gurunya. Dia berjalan menuju ke
kantin bersama Reno
dan Astry.
“Wah rambutku
pasti berantakan nih. Aku ke kamar mandi dulu ya, kalian duluan aja.”,kata
Izal.
“Oke-oke.
Duluan ya.”, sahut Astry.
Reno dan dan Astry
meneruskan perjalanan singkatnya untuk mengisi perut yang lapar. Mereka berdua
memesan makanan sesampainya di tempat tujuan dan segera memilih meja makan.
“Kamu tuh
pintar juga ya, tadi bisa cepet ngerjain soal-soal yang nggak mudah itu.”, kata
Reno memulai
pembicaraan.
“Nggak kok
Ren, aku bisa agak cepet karena udah sering latihan di rumah. Kalau kamu kan nggak latihan aja
udah bisa.”, jelas Astry.
Mereka berdua
sepertinya tidak sadar dengan apa yang mereka bicarakan. Mereka saling memuji
kelebihan dari satu sama lain. Sambil terus memakan makanan pesanannya, mereka
asyik berbincang-bincang sampai makanan tersebut habis. Lalu tangan Astry tidak
sengaja menjatuhkan gelas yang ada di sampingnnya hingga pecah. Astry langsung
membersihkan pecahan gelas itu.
“Aaaauuuuu,,,sakitt!”,
jerit Astry.
Tangan Astry
yang tipis itu terkena pecahan gelas yang tajam hingga berdarah. Reno pun segera membantu
Astry. Dia meraih tangan Astry dan mengobati lukanya. Sementara itu, Dee melihatnya dari kejauhan. Dia sepertinya tidak senang
dengan kedekatan Reno
dan Astry. Tapi dia berusaha membuang persaan tidak senangnya itu.
Malam harinya,
enam anak bersahabat itu hadir di pesta ulang tahunnya Nita. Mereka datang
dengan berpasang-pasang sesuai rencana mereka tadi pagi. Tapi setelah mereka
menjalani pesta itu beberapama menit, Reno
dan Astry kembali bersama. Mereka meninggalkan Dee
dan Rendy. Dee semakin tidak menyukai Astry.
Dia merasa Astry selalu mengajak Reno
untuk berdua. Di pesta itu Reno
mengajak Astry untuk berdua.
“As, aku
pengen banget bilang sama kamu akan hal ini. Sebenarnya aku ingin bilang dari
awal, tapi aku takut kamu nggak suka.”,kata Reno.
“Memang kamu
mau bilang apa Ren, katakan aja. Nggak perlu khawatir kalau nantinya aku nggak
suka.”,jawab Astry kemudian.
“As, aku
mengagumimu, aku ingin hubungan kita bukan lagi sahabat, aku ingin kekasih,
dan……”, ucapan Reno terputus mengetahui
keberadaan Dee yang melihat pembicaraan itu
dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Reno dan Astry segera
bangkit dari tempat duduk mereka. Astry sedikit berlari untuk segera menjumpai Dee.
“Dee, kamu kenapa? Kok tadi langsung pergi? Kamu mau
mencari Reno?”, Tanya Astry setelah berhasil
menghampiri Dee.
“Apa? Aku
nggak papa kok. Biasa aja. Kamu nggak usah sok peduli sama aku. Aku juga lagi
nggak nyari Reno.”, jawab Dee dengan sewot.
Setelah
menanggapi pertanyaan Astry, dia segera berlalu begitu saja tanpa memperhatikan
ekspresi Astry. Astry heran dengan sikap Dee
yang tidak seperti biasa. Dia belum pernah menjumpai Dee
yang berkata agak sinis dan cuek seperti tadi. Dee mendengar pembicaraan Reno dan Astry tadi. Hal
itu cukup membuatnya menjadi seperti itu. Dia tentu semakin cemburu dengan
Astry. Dia menginginkan Reno, dan dengan pernyataan
Reno yang
mengagetkan tadi, membuatnya sakit. Namun Astry tidak mementingkan pernyataan Reno tersebut. Dia terus
terpikirkan oleh sikap Dee yang berubah begitu
saja. Dia tidak mengetahui sebabnya.
Pagi harinya, Dee pun tidak ikut berkumpul di rumah Astry. Dia
beralasan sedang pergi bersama orang tuanya. Padahal dia hanya tidak ingin
bertemu dengan Astry. Dee semakin membenci
anak itu.
Di hari
berikutnya adalah hari Senin. Di sekolah, dia tidak lagi berkumpul dengan
sahabat-sahabatnya. Dia juga enggan untuk berbicara dengan Astry maupun Reno.
Ketika itu, Dee sedang ingin ke toilet. Sebelum memasuki toilet itu
dia melihat kulit pisang di dekat pintu. Mengetahui Astry juga akan menuju ke sana, dia memasang kulit
pisang itu tepat di depan pintu. Kemudian dia pun masuk. Kejadian tak
menyenangkan yang direncanakan Dee itu pun
berlangsung. Astry jatuh terpeleset karena tak memperhatikan kulit pisang itu.
Toilet yang baru saja dipel itu membasahi baju Astry.
“Duuuh,
sakit!”,teriak Astry kesakitan.
Dia terjatuh,
lalu ditolong Izal dan Liana yang kebetulan melewati tempat itu. Tidak lama
kemudian Dee keluar dari toilet tanpa memperhatikan
Astry sedikitpun.Hal itu membuat Liana dan Izal bingung. Kenapa Dee tidak juga
peduli terhadap Astry, walaupun dia jatuh sakit karena terpeleset? Namun Rendy
tidak heran seperti mereka. Karena di pesta itu, dia terus mengikuti Dee. Sehingga mengetahui penyebab perubahan sikap Dee. Dia mau tak mau harus menyampaikan apa yang
diketahuinya itu kepada Izal dan Liana. Akhirnya Izal, Liana dan Rendy
merencanakan sesuatu.
Sepulang
sekolah, Rendy mengajak Dee untuk tinggal
sebentar di kelas.
“Dee, aku tau apa yang membuat sikap kamu aneh begini. Dee, tolong jangan seperti itu. Aku tau kamu menyukai Reno. Dan kamu menjadi
tidak menyukai Astry karena dialah yang disukai Reno. Dee,
asal kamu tau, aku juga menyukaimu. Aku juga mengharapkan kamu. Tapi kamu
mengharapkan orang lain. Kamu tau kan Dee maksud aku?”, jelas Rendy tak singkat.
Dee pun kaget. Dia tidak pernah menyangka bahwa Rendy
juga mengharapkannya. Sementara itu, Astry datang. Dia tidak mengira kalau Dee dan Rendy belum juga pulang. Dia hanya ingin mengambil
handphone nya yang tertinggal di mejanya karena Izal tadi meminjamnya.
“Hay, kalian
kenapa belum pulang?”, sapa Astry.
“Iya As, lagi
tinggal sebentar.”, jawab Rendy
. Dee hanya diam mengetahui kedatangan Astry. Dia tidak
sedikitpun menganggapnya.
“
Dee, kenapa kamu jadi seperti ini sama aku?
Aku salah apa ke kamu Dee? Jawab Dee?”, kata
Astry sambil mendekati Deeyra.
“Nggak,
aku nggak papa.”, jawab Dee singkat.
“Okey
Dee, kalau kamu terus seperti itu. Tapi Dee, kamu harus tau kalau aku nggak
jadian sama Reno.
Aku tidak bermaksud menghalangi kamu untuk tetap berharap sama dia.”, jelas
Astry yang mulai kesal terhadap Deeyra.
Dee yang baru saja akan mengeluarkan suaranya tak jadi
berucap melihat Izal dan Liana datang. Tiba-tiba saja suasana jadi tegang.
Rendy dan Astry tutup mulut karena mereka tau Liana akan berkata panjang lebar.
“
Dee, kamu jangan egois. Aku hanya ingin kamu
tau kalau Astry tidak seburuk yang kamu pikirkan. Rendy adalah orang yang dia
sukai. Bukan Reno. Jadi plis Dee, jangan buat
kita semua menjadi rumit. Kalian tidak salah merasakan cinta, tapi jangan buat
cinta itu memisahkan kita semua Dee. Aku tau
dia itu cinta. Kamu harus tau bahwa kamu juga diharapkan Rendy.”, ucap Liana
dengan nada yang agak tinggi sehingga suasananya terlihat makin tegang.
Deeyra
tentu saja tidak mengira akan hal itu. Kini dia mulai merasa bersalah terhadap
Astry. Dee ingin membuka mulut lagi, tapi
terdahului Izal.
“Dee, plis kembalikan keadaan seperti semula. Hanya kamu
yang kurang bisa menerima kenyataan. Jangan biarkan cinta memisahkan
persahabatan kita. Jangan biarkan dia hancurkan kita. Dee,”
Dee yang semakin panas mendengar itu semua segera memeluk
Astry dan meminta maaf. Dia mengaku bahwa dirinya menjadi egois. Karena persaan
yang tak biasanya terhadap Reno
membuatnya seperti itu. Kini semua telah kembali. Mereka semua bisa merasakan
apa artinya persahabatan.